Intervensi Komunitas



Description: unej
DESKRIPSI MODEL-MODEL INTERVENSI KOMUNITAS MENURUT ROTHMAN

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
MATA KULIAH
INTERVENSI KOMUNITAS
                                                                                                       

Oleh:
Nur Azizah Fitriana
NIM. 130910301061


JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
DESEMBER-2015




BAB I

PENDAHULUAN



1.1  Latar Belakang

Pekerjaan Sosial menurut International Federation of Social Worker (Miftahul Huda, 2009; 3) adalah sebuah profesi yang mendorong perubahan sosial, memecahkan masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan, memberdayakan dan membebaskan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam menjalankan aktifitas profesionalnya seorang pekerja sosial akan melaksanakan tahap-tahap intervensi yang berdasarkan jenis pertolongannya. Tahapan intervensi atau biasa disebut dengan pelaksanaan program pertolongan merupakan serangkaiann kegiatan proses pemberian pertolongan dalam pekerjaan sosial setelah melakukan kegiatan perencanaan program. Tahap intervensi merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang telah disusun bersama dengan masyarakat sebagai tindakan nyata dan hasilnya diharapakan  dapat dirasakan oleh semua pihak. Bentuk nyata dari kegiatan praktik yang dilakukan oleh pekerja sosial bersama masyarakat atau klien disebut dengan pelaksanaan intervensi.
Pelaksanaan intervensi  sendiri menurut Huraerah (2008: 66) adalah tindakan nyata atau tindakan konkrit yang berada didalam masyarakat untuk melaksanakan program tersebut secara konsisten, termasuk didalamnya dukungan ketersediaan anggaran dan profesionalisme pelaksanaan rencana. Metode intervensi pekerja sosial beragam sesuai dengan focus kelompok sasaran yang diintervensi. Dimana pembagian metode intervensi menurut Zastrow dalam Isbandi (2013, 162) terdapat tiga bagian yang meliputi pertama,intervensi mikro di level individu; kedua intervensi mezzo di level keluarga dan kelompok; ketiga,intervensi makro di level organisasi dan komunitas.  
Berkaitan dengan metode intervensi di atas, makalah ini akan memfokuskan kajiannya terhadap metode di level makro yaitu intervensi komunitas (perubahan terencana di level komunitas). Intervensi komunitas merupakan tindakan dalam upaya perubahan yang diambil dan dilaksanakan praktikan bersama dengan masyarakat/komunitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mengatasi masalah yang dialami masyarakat/komunitas dengan berdasarkan pada rencana yang telah disusun secara bersama dan disepakati dalam bentuk program. Gambaran pelaksanaan intervensi dapat dibagi menjadi dua kegiatan pokok, yaitu bekerja bersama dengan masyarakat/komunitas sasaran dan bekerja bersama system di luar komunitas
Model-model intervensi komunitas pun dalam upaya pemberdayaan di level komunitas berbagai macam, sebagaimana Rothman (1995) dalam Isbandi (2012:15) menyebutkan bahwa terdapat tiga model intervensi komunitas yaitu model locality development (pengembangan masyarakat local), social planing (perencanaan sosial) dan social action (aksi sosial). Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas maka makalah ini akan membahas model-model intervensi komunitas dengan judul “Deskripsi Model-Model Intervensi Komunitas Menurut Rothman”.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah di atas maka rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut :
“Bagaimana model-model intevensi komunitas menurut Rothman dalam upaya melakukan perubahan sosial di level komunitas?”

1.3  Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
·         Untuk mengetahui model-model intevensi komunitas menurut Rothman dalam upaya melakukan perubahan sosial di level komunitas

1.4  Manfaat

Manfaat yang diharapakn dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi penulis, menambah wawasan tentang model-model intervensi komunitas
2.      Hasil penulisan diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran terhadap pengembangan ilmu kesejahteraan sosial dan dapat digunakan sebagai rujukan bagi penulis lain yang melakukan pengkajian tentang model-model intervensi komunitas
3.      Menjadi bahan informasi, referensi dan kajian bagi para pemerhati, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan terkait pelaksanaan praktik komunitas di masyarakat



BAB II

PEMBAHASAN



            Dalam upaya pemberdayaan pada level komunitas, Rothman menyebutkan ada tiga model intervensi yang dilakukan yaitu (Isbandi, 2012:85-97):

2.1  Pengembangan Masyarakat Lokal (Locality Development)

Pengembangan masyarakat local adalah suatu proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui pertisipasi aktif serta inisiatif dari masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat bukan sebagai klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi yang belum sepenuhnya dikembangkan. Inti dari proses pengembangan masyarakat adalah pengembangan kepemimpinan lokal, peningkatan strategi kemandirian, informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat.
Karakteristik yang melekat pada model intervensi pengembangan masyarakat lokal adalah sebagai berikut :
·         Tujuan dari pengembangan masyarakat  ditekankan terhadap process goal, dimana masyarakat diintegrasikan dan dikembangkan kapasaitasnya dalam upya memecahkan masalah mereka secara kooperatif berdasarkan kemauan dan kemampuan menolong diri sendiri sesuai dengan pinsip-prinsip demokratis
·         Keberadaan masyarakat local sering tertutupi oleh mayarakat yang lebih luas, dan sering terjadi kesenjangan sosial antar relasi pribadai dalam satu komunitas sehingga memunculkan anomi, keterasingan bahkan kelaianan jiwa
·         Strategi yang digunakan dalam melakukan perubahan dalam masyarakat yaitu melibatkan anggota komunitas untuk memecahkan masalah dan menentukan kebutuhan
·         Taktik yang digunakan untuk melakukan perubahan sosial adalah taktik consensus. Consensus dilakukan dengan cara komunikasi dan proses diskusi yang melibatkan berbagai macam individu, , kelompok maupun faksi
·         Peran yang dilakukan praktisi dalam pengembangan masyarakat adalah sebagai enabler. Enabler bertugas untuk membantu masyarakat dalam mengartikulasikan kebutuhan mereka, mengidentifikasi masalah mereka, dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah mereka sendiri dengan efektif.
Media perubahan yang dilakukan adalah melalui penciptaan dan manipulasi kelompok-kelompok kecil yang berorientasi pada tugas
·         Struktur kekuasaan dalam pengembangan masyarakat local sudak tercakup di dalam komunitas. Setiap segmen merupakan bagian dar system klien , kemudian anggota dari struktur kekuasaan ditempatkan sebagai kolaborator dari ventura yang bersifat umum. Oleh sebab itu, sebagai konsekuensi hanya tujuan yang dapat memunculkan kesepatan yang saling menguntungkan yang dapat diterima dan relevan.
·         Klien dari pengembangan mmasyarakat local adalah total komunitas yang berada dalam satuan geografis
·         Kepentingan-kepentingan kelompok dan faksi merupakan permufakatan yang responsive terhadap pengaruh dari persuasi yang rasional, komunikasi dan niat bersama sehingga asumsi kepentingan kelompok model ini dianggap sudah membaur.
·         Klien dalam pengembangan masyarakat local dilihat sebagai warga yang sederajat dan memiliki kkuatan-kekuatan yang belum dikembangkan secara optimal
·         Peran klien dalam pengembangan masyarakat local dikonsepsikan sebagai partisipan aktif dalam proses interaksional satu dengan lain, serta dengan community work.
Contoh program pengembangan masyarakat local adalah sebagai berikut :
Salah satu contoh pengembangan masyarakat  local adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan dengan cara menciptakan kemampuan bagi masyarakat untuk membangun diri mereka sendiri melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDL). Dimana kegiatan pemberdayaan berupa pembuatan biogas di Kecamatan Cendana. Potensi yang dimilki kecamatan ini adalah sebagian besar penduduknya peternak sapi dan kerbau, sebagian lagi adalah petani. Untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak, yang salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah setempat untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi secara bersama-sama. Salah satu alternatifnya adalah pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak.Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energy ini,  juga tidak mengurangi jumlah pupuk organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena proses pembuatan biogas kotoran ternak yang sudah diproses dikembalikan ke kondisi semula yang diambil hanya gas metana (CH4) yang digunakan sebagai bahan bakar.
Melihat dari keuntungan pengunaan dari biogas, masyarakat di Kecamatan Cendanana bekerjasama dengan Universitas Negeri membagun percontohan pengunaan biogas untuk rumah tangga dan industri seperti industri pembuatan Dangke yang merupakan makanan khas Kabupaten Enrekang yang terbuat dari susu sapi atau kerbau. Industri Pembuatan Dangke biasanya memiliki sekitar lima sampai sepuluh ekor sapi yang menghasilkan susu sebagai bahan baku utama Dangke serta kotoran sapi yang nantinya menjadi biogas yang di gunakan untuk pengelolah susu menjadi dangke. Konsep ini di nilai sangat mengutungkan pengusaha industri pangan dangke karena dapat mengurangi biaya produksi karena tidak membutuhkan lagi biaya untuk bahan bakar dan sangat ramah lingkungan karena tidak menghasilkan pencemaran seperti pengunaan minyak.

2.2  Perencanaan Sosial (Social Planning)

Perencanaan sosial merupakan model intervensi komunitas yang berorientasi pada tugas. Keterlibatan masyarakat dalam  proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas, karena pengambilan keputusan dilakukan oleh pekerja sosial di lembaga formal seperti lembaga pemerintahan atau swasta (LSM). Pekerja komunitas bertugas melakukan penelitian, analisa masalah dan kebutuhan masyarakat, identifikasi, melaksanakan dan mengevaluassi program pelayanan kemanusiaan.
Karakteristik yang melekat pada model intervensi perencanaan sosial adalah sebagai berikut :
·         Tujuan dari model intervensi komunitas ini lebih ditekankan pada task goal, yaitu menekankan pada penyelesaian tugas-tugas atau  pemecah masalah yang mengganggu fungsi system sosial. Pengoorganisasian perencanaan sosial berhubungan dengan masalah-masalah yang konkret dalam masyarakat
·         Praktisi perencana sosial melihat komunitas yang memiliki masalah sosial utama yang dialami oleh anggota komunitas tersebut. Permasalahan yang ada dalam komunitas berupa permasalahan sosial umum seperti kesehatan jiwa, lansia dan lain-lain.
·         Strategi yang dilakukan perencana sosial dalam melalkukan perubahan yaitu berusaha untuk mengumpulkan fakta-fakta mengenai masalah yang dihadapi masyarakat sebelum melakukan perubahan (tindakan rasional yang tapat dilakukan)
·         Teknik yang dilakukan dalam perencanaan sosial adalah teknik untuk mengumpulkan data dan ketrampilan menganalisis. Kemudian taktik yang digunakan yaitu consensus atau konflik
·         Peran praktisi dalam perencanaan sosial adalah sebagai expert . Peran ini menekankan terhadap penemuan fakta, implementasi , dan relasi berbagai macam birokrasi, serta tenaga professional dari berbagai disiplin. Sedangkan media perubahan yang digunakan untuk melakukan perubahan adalah memanipulasi organsasi , seperti pengumpulan data dan analisis data
·         Dalam perencanaan sosial , struktur kekuasaan muncul sebagai boss (employer) dari praktisi atau perencana.
·         Klien dari perencana sosial merupakan kelompok yang memiliki kesatuan geografis, tetapi dapat pula kesatuan fungsionalnya
·         Tidak ada asumsi pervasive mengenai intrakblitas ataupun konflik  kepentingan. Pendekatan yang digunakan bersifat pragmatis, dan berorientasi untuk mengatasi masalah tertentu sehingga permufakatan atau konflik dapat ditolerir jika tidak menghalangi proses pencapaian tujuan
·         Klien dalam perencanaan sosial dilihat sebagai konsumen dari suatu layanan, dan mereka akan menerima serta memanfaatkan program dan layanan sebagai hasil dari proses perencanaan.
·         Peran klien dalam model ini sebagai resipient /penerima layanan. Klien aktif menggunakan layanan yang diberikan tetapi bukan dalam proses menentukan tujuan dan kebijakan.
Contoh perencanaan sosial adalah sebagai berikut :
Salah satu contoh adanya perencanaan sosial yaitu terselenggaranya program asistensi lanjut usia. Dimana latar belakang dari program ini karena banyaknya lansia yang berada dalam kondisi kemiskinan, sehingga mereka tidak mempunyai jaminan kesehatan, hari tua dan pensiun. Kondisi lansia miskin diperburuk oleh keterlantaran, disabilitas dan potensi mengalami sosial exclusion. Aksesibilitas lansia juga masih rendah,  dan lansia masih dianggap sebagai beban, bukan sebagai modal,  padahal seharusnya lansia harus dihargai peranannya dalam mendukung pembangunan nasional. Kondisi ini diperburuk dengan realitas empirik yang menunjukkan bahwa lansia terlantar masih banyak yang belum tersentuh program kesejahteraan sosial dari pemerintah.
Merespon realitas empirik yang ada, dan sebagai pelaksanaan amanat undang-undang, Pemerintah melalui Kementerian Sosial RI telah memberikan perlindungan sosial bagi lansia tidak potensial dan terlantar melalui program “ Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar (ASLUT)” yang pedoman pelaksanaannya telah diatur melalui Peraturan Menteri Sosial No.12 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar.

2.3           Aksi Sosial (Social Planning)

Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan bahwa masyarakat adalah sistem klien yang seringkali menjadi korban ketidakadilan struktur. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan actual untuk mengubah struktur kekuasaan agar memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan (equality) dan keadailan (equity). Aksi sosial berorientasi pada proses dan hasil. Adapun karakteristik yang melekat pada model intervensi aksi sosial adalah sebagai berikut :
·         Model intervensi aksi sosial mengarah pada dua tujuan yaitu task goal dan process goal, dimana beberapa tindakannya berupa member penekanan ketika terjadi upaya pembentukan aturn atau undang-undang baru terkait pembelaan hak asasi.
·         Praktisi aksi sosial melihat kondisi komunitas sebagai hierarki dari privilege atau kekeuasaan atau struktur yang ada dalam komunitas bertingkat-tingkat sehingga menimbulkan kelompok  yang terabaikan, mendapat tekanan, tidak mendapat keadilan bahkan tereksploitasi maupun terdeskriminasi karena tidak memilki kekusaan atau privillege
·         Strategi yang dilakukan dalam melalkukan perubahan yaitu berupaya untuk melakukan kristalisasi isu-isu yang dihadapi masyarakat yang kemudian membuat masyarakat mengetahui pihak yang menekannya dan mengorganisir diri serta membentuk aksi massa  untuk ganti memberikan tekanan terhadap kelompok sasaran mereka.
·         Karakteristik taktik dan teknik perubahannya menggunakan pendekatan konflik dengan cara melakukan konfrontasi dan aksi langsung.
·         Peran praktisi dalam model ini adalah sebagai advokat dan aktivis. Sedangkan media perubahannya dengan menciptakan dan memanipulasi organisasi sera pergerakan massa untuk  mempengaruhi proses politis.
·         Struktur kekuasaan dalam model aksi sosial adalah pihak yang dijadikan target eksternal dari suatu tindakan. Struktur kekuasaan dianggap sebagai kekuasaan antitesis yang menekan klien
·         Klien dari praktisi aksi sosial merupakan bagian atau subpart (segmen) masyarakat yang membutuhkan bantuan atau biasa disebut kelompok yang membutuhkan layanan tetapi tidak terjangkau oleh layanan tersebut maupun ditolak untuk mendapatkan layanan tersebut
·         Kepentingan dari setiap bagian (subpart) dalam masyarakat bervariasi dan sulit dilakukan permufakatan sehingga sering menggunakan cara-cara koersif sebelum terjadi penyesuaian.
·         Dalam aksi sosial klien, klien atau konstituen dilihat sebagai korban dari system
·         Klie merupakan bawahan bersama dengan praktisi aksi sosial dan mereka berusaha mendobrak system yang ada
Contoh aksi sosial adalah sebagai berikut :
            Contoh aksi sosial terlihat dari pernyataan sikap yang dilakukan Jaringan Buruh Migran Indonesia (JBMI), Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Migrant Care, LBH Jakarta, BMI SA, Jala PRT, Gabungan Serikat Buruh Independent (GSBI), AGRA (Aliansi Gerakan Reforma Agraria), SPRT Sapu Lidi, SPRT Tunas Mulia, SPRT Merdeka, KOY, Rumpun Tjoet Njak Dien, Institut Sapu Lidi, CWGI, JBM, INFET, Kapal Perempuan, ATKI Indonesia, Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) dalam memberikan dukungan terhadap Mary Jane Veloso yang telah dijadikan alat sindikat kriminal karena kemiskinan dan kerentanannya sebagai buruh migran yang sangat membutuhkan pekerjaan demi kehidupan yang lebih layak untuk anggota keluarganya. Dukungan dari organisasi buruh migran, organisasi buruh, LSM dan organisasi masyarakat agar Mary Jane segera dibebaskan dari hukuman mati, selain itu mereka juga menyuarakan agar pemerintah menyelamatkan nyawa 278 buruh migran di luar negeri yang terancam hukuman mati. Aksi sosial ini terjadi karena adaya ketimpangan hukum di Indonesia dimana hukum Indonesia dirasakan hanya untuk menindas rakyat sehingga menggerakkan para organisasi dan LSM untuk memperjuangkan hak-hak asasi kaum buruh terutama buruh migran .
                                                                                                                    


.


BAB III

PENUTUP



Intervensi komunitas merupakan upaya perubahan yang diambil dan dilaksanakan praktikan bersama dengan masyarakat/komunitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mengatasi masalah yang dialami masyarakat/komunitas berdasarkan pada rencana yang telah disusun secara bersama dan disepakati dalam bentuk program. Model-model intervensi komunitas menurut Rothman (1995) yaitu : pertama model locality development (pengembangan masyarakat local) adalah suatu proses untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui pertisipasi aktif serta inisiatif dari masyarakat itu sendiri. Salah satu contoh adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan pembuatan bahan bakar melalui biogas.
Kedua, social planing (perencanaan sosial) merupakan model intervensi komunitas yang berorientasi pada tugas, dimana pekerja komunitas bertugas melakukan penelitian, analisa masalah dan kebutuhan masyarakat, identifikasi, melaksanakan dan mengevaluassi program pelayanan kemanusiaan. Salah satu contoh dari kegiatan ini adalah terselenggarnya asistensi lanjut usia terlantar dengan sasaran penerima bantuan lansia miskin, terlantar maupun disabilitas.
Ketiga, social action (aksi sosial) merupakan intervensi yang dilakukan dengan proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan actual terhadap masyarakat untuk mengubah struktur kekuasaan agar memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan (equality) organisasi buruh migran, organisasi buruh, LSM dan organisasi masyarakat agar Mary Jane dibebaskan dari hukuman mati dan agar pemerintah menyelamatkan nyawa 278 buruh migran di luar negeri yang terancam hukuman mati.


                                                 DAFTAR PUSTAKA



BUKU
Adi, Isbandi Rukminto. 2012. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat : Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
__________________. 2013. Kesejahteraan Sosial : Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Huda, M. 2009. Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosial : Sebuah Pengantar. Bandung: Pustaka Pelajar

INTERNET
Ali, Mia. 2012. Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Sala Satu Usaha Menumbuhkan Peran Aktif Masyarakat Dalam Pembangunan Di Kabupaten Enrekang. Makalah.(https://www.academia.edu/9973953/_Pemberdayaan_Masyarakat_Sebagai_Sala_Satu_Usaha_Menumbuhkan_Peran_Aktif_Masyarakat_Dalam_Pembangunan_Di_Kabupaten_Enrekang_Jaga, diunduh 20 Desember 2015)

Komentar

Postingan populer dari blog ini